#19 Mmax

09.27

21 April 2014,

Kartini maafkan aku yang tak mampu setegar dirimu. Dihari ini tangisku pecah. Pecah olehnya yang selalu berada dalam cermin ketika aku berkaca. Berkaca pada ketidakmampuanku, pada ketidakbecusanku yang bergelantung di ujung-ujung kepercayaan mereka. Maaf aku mengecewakanmu Kartini. Maaf belum aku tak bisa sekarang dirimu..

Di dunia ini ada beberapa hal yang paling kubenci, munafik, tak cekatan dan yang momok yang paling menyakiti diriku sendiri yaitu "GAGAL". Lima huruf yang mampu mencekatku hingga rasanya 'lebih baik bertemu maut'. Diri ini kan menjelma menjadi sesuatu yang paling kubenci jika mengalami lima huruf tadi. Lima huruf yang berdampak langsung pada diriku tak selalu lah kuambil pusing. Namun, jika itu sampai melibatkan orang lain akan jadi cerita berbeda..

Aku tak suka jika seseorang mengoreksi kesalahanku. Aku diam bukan berarti aku tak paham apa kesalahanku. Ya, aku tahu, aku sadar betul dan mencari cara untuk memperbaikinya. Hanya saja semua orang selalu tak melihat itu. Aku lebih suka memendam segala hal sendiri. Takutku, cemasku , sakitku, salahku, semua aku simpan rapat sendiri, selalu kuperbincangkan dalam lamunan bersama diri. Segala yang kucurhatkan pada manusia lain biasanya seputar hal-hal ringan yang menurutku pantas dan aman untuk kubagi.

Aku sedang berusaha untuk bertahan di satu tempat. Ya, satu tempat. Satu tempat yang amat berarti bagiku (dulu, ntah kalau sekarang). Kusadari aku yang tak pernah becus bekerja dan bertanggung jawab ini. Bukan tanpa alasan, karena dulu aku tak seperti ini. Dulu, aku merindu. Ntah sekarang.
Betapa pusingnya aku yang sibuk mencari energi untuk tetap bertahan namun aku lupa untuk mempertahankan. Aku lupa bahwa aku punya tanggung jawab yang lebih besar dari sekedar proker-proker itu. Menjaga keutuhan lima orang. Aku lalai hingga lupa memperhatikan salah satu permataku yang hampir saja kecurian! ah untunglah yang lain sigap menahannya. Sedikit demi sedikit ku mulai memperbaikinya. Sulit, namun ada pergerakan pasti. Inilah kesalahan awalku, sebuah pukulan telak yang cukup mengoyak..

Akhir-akhir ini aku lebih sering menghabiskan waktuku diatas ranjang. Aku merasa biasa, namun nyatanya beda. Aku lupa kebiasaan fisik yang sering mendarah pada saat-saat krusial seperti ini. Tidur. Ketika stres aku akan menghabiskan waktu untuk tidur, tidur dan tidur. Bisa sampai 12 jam lebih sehari, jika libur. Semacam habit yang sudah kualami sejak SMP. Sepertinya memang luput, dan akhirnya aku sadar mungkin aku sedang tertekan dan stres.

Tekanan terbesarku datang hari ini, malam ini. Dalam wujud monster yang paling kubenci dan kutakuti, gagal. Malam ini mungkin jadi Momen maksimum (Mmax) terbesarku (dalam kasus ditempat ini). Aku bagai kontraktor yang sedang memperbaiki cacat bangunan. Belum lah usai, tornado menerjang. Konstruksiku hampir rata tanah, defleksi maksimum. Aku menangisinya, hanya bisa menangisinya. Aku tak tahu apakah akan kuperbaiki lagi atau tidak. Yang kulakukan sekarang hanya mencari wujud pengunduran diri karena merasa gagal sebagai kontraktor. Aku tak becus, aku tak profesional. Jika kelak bangunan ini akan kuteruskan pengerjaannya, aku jamin satu beban kecil macam hujan mampu menghancurkannya. Dan saat itu terjadi mungkin aku benar-benar membunuh diriku sebagai kontraktor dan mencari pekerjaan lain. Inilah hal berikut yang kubenci, membunuh kepercayaan orang lain dan mengecewakan diri sendiri. Ini pukulan keduaku, masih segar...

Ya begitulah, aku terkejut masih mampu bersikap biasa seolah tak ada apapun. bersikap wajar hingga tak ada yang sadar. Ada sesaran besar disini. Dan kau tahu? Hanya satu hal dapat kusukai dan kubenci sekaligus di dunia ini, ya Diriku Sendiri...


nb: Terimakasih untukmu yang saat itu diam-diam menghiburku dengan cerita wortel mu.
-isn-
Read On 0 komentar

Playlist

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
Nurul Isni Sirbiyani
Palembang-Yogyakarta, Indonesia
Not so impportant. I'm ok wif myself, so don't bother urself with me n mine
Lihat profil lengkapku