#15 Review

07.40


Rabu lalu (29/01) saya diberi kesempatan untuk pulang. Kebetulan pilihan (di)jatuh(kan) pada jalur udara. Inginnya dicarikan yang 'transit halim' (cause, it's new dude!), namun apa daya jika belum waktunya. Yah, seperti perjalanan sebelumnya, airline yang saya tumpangi kali kedua ini merupakan anak dari Singapore Airlines (silakan tebak). Seingat saya, baru Agustus lalu dibuka rute Yogyakarta-Palembang. No-waiting, no transit!

Maskapai ini mengandalkan satu tipe pesawat, yaitu airbus. Airbus dikendalikan secara digital (fly by wire) dan berukuran sama dengan Boeing 737 (wikipedia). Secara khusus, airbus yang dipakai adalah airbus 320 dengan kapasitas 30 seat ABCDEF atau kurang lebih setara 180 penumpang seharga $73,2 hingga $80,6 juta. Nah, yang ingin saya soroti disini (sebagai orang awam) adalah pelayanan dari flight attendantnya.

Saya sempat merasa sedikit risih ketika harus mengatur sendiri bagasi atas karena tempatnya yang sudah terlajur penuh. Untunglah tinggi badan saya cukup untuk menjangkau bagasi tersebut. Beberapa menit berkutat mengatur, sempat terbersit untuk meminta tolong karena seingat saya, ketika masuk melalui pintu belakang (saya kursi 28E) saya melihat seorang pramugara sedang berjaga disana. Dan seingat saya lagi, ia masih terus berjaga dibelakang sambil menyambut beberapa penumpang. Niat meminta bantuan tadi akhirnya urung saya lakukan, selesai ditangan sendiri. Hingga penerbangan usai, landing, dan hampir semua penumpang telah turun, saya bertanya pada salah satu pramugari. 

========================================================

"Mbak, flight attendant satu pesawat ini berapa?"
"Ada empat mbak"
"2 depan dan 2 belakang? 2 cowok, 2 cewek?"
"Iya, sepasang didepan dan sepasang dibelakang dan kebetulan 2 cowok 2 cewek. Tapi, kadang juga 3 cewek 1 cowok"
"Satu pesawat? nggak kedikitan?"
"Iya, satu pesawat. Itu sudah standar minimum kok mbak"

========================================================

Ya begitulah kira-kira percakapan singkatku. Secara kasarnya satu orang melayani 45 penumpang. Wajar saja mereka terlihat kelimpungan. Selepas turun, hal ini ku diskusikan dengan nyonya. Intinya:

"Jangan disamakan dengan maskapai nomor satu Indonesia itu dik, jelas berbeda. GA pakai nya bukan jumlah minimum, ditambah pramugarinya bukan yang muda dan baru tapi tante-tante yang sudah berpengalaman"

Sempat sedikit browsing, saya menemukan satu link menarik...
http://noviantoherupratomo.blogspot.com/2012/02/penjadualan-jam-kerja-awak-pesawat-dan.html 

Disitu disebutkan bahwa jumlah awak kabin dalam sebuah penerbangan diatur sesuai dengan kapasitas kursi pesawat tersebut. Komposisi dasar awak kabin dalam sebuah penerbangan disebut sebagai Standard Crew Complement. Dalam Standard Crew Complement 1 (satu) awak kabin setara dengan 50 kursi.

Keterangan:
*) Civil Aviation Safety Regulations (CASR) atau Direktur Jenderal Perhubungan Udara RI.


That's! Salah besar jika kubandingkan bayi kemarin sore dengan nenek satu cucu, hahaha. Disamping itu, perjalanan 80 menit tanpa snack bahkan permen? aww, what a rude. Padahal, permen sangat penting. Why? Begini, banyak orang yang mengeluh telinganya sakit ketika naik pesawat. Gejala ini dapat disebut sebagai jet lag, perasaan sakit dan penuh di telinga karena perbedaan tekanan udara dan ini sangat menyiksa terutama jika anda sedang flu dan demam! Disnilah permen bekerja. Mengunyah dan menelan akan mengurangi efek jet lag, bagaimana bisa? silakan coba sendiri. Itulah mengapa saat anda berpergian dengan menggunakan pesawat, seringkali pramugari akan menawarkan permen sebelum take-off. Jangan langsung dimakan dan simpanlah untuk nanti, saat pesawat mulai mengudara.

Okay that's all, a simple review from me.
Maju terus penerbangan Indonesia! 

-isn-
Read On 0 komentar

#14 Hadiah

08.06

Penampakan 'hadiah' dengan isi 'merah' dan 'teka-teki' diluarnya


(21/01) Aku baru setengah sadar dari hibernasi singkat dalam rangka mencari kehangatan saat kulihat, sebuah mail membunyikan hp ku. Kubaca, sebuah pesan WA masuk..


"Rul sekarang kamu lagi dimana?" (18.46 WIB)
"Di kos"
"Aku bisa mampir sebentar 5 menit bisa?"
"Buat apa?"
"Mau kasih sesuatu dari perjalanan xx kemarin, bisa?"
"Oh, yayaya bisa"
"15 menit lagi aku sampai depan kos mu, nanti aku kabari lagi"
"Oke"
(beberapa belas menit kemudian...)
"aku udah di depan kost mu Rul" (19.09 WIB)


Kubuka pintu dan kuhampiri ia yang masih grasak-grusuk mencari sesutu didalam tasnya. Tak berapa lama, ia mengeluarkan kantong hitam tertutup dan menyerahkannya padaku..


"Pegang disini, takut rusak"
"Apa ini?"
"Bukanya nanti saja. Di dalam nya ada clue. Bacanya mulai dari bawah, 'start' lalu ke atas. Nanti kamu bakal butuh cermin untuk baca akhirnya"
"Okeoke, sip. Menarik ini"
"Bermain logika sedikit"
"Oke, makasih banyak ya"


Ini pertama kalinya kudapat hadiah dengan teka-teki diluarnya. Sampai tulisan ini ditulis, aku belum mengutak-atiknya, mungkin setelah ini. Baru kubaca dan kutelaah beberapa clue nya. Sedikit banyak bisa kutebak, kecuali bagian gulungan kertas yang belum kubuka.
Hadiah yang simple dan menarik, hadiah dengan perjuangan keras. Aku suka itu, tak peduli siapapun yang memberi. Aku lebih menghargai 'pemberian' sederhana yang didapat dengan usaha keras ataupun sesuatu dimana seseorang biasa menyimpan kenangannya.

Terimakasih hadiahnya ^^

==================================================================

Berhubung sudah kubuka isinya dan ntahlah...
Isinya seperti lamaran secara tak langsung...
Semoga bukan, semoga prakiraan ku meleset, semoga...
But, overall effort nya bagus lah...
Yah, walau mau gimana lagi...

"Hatiku sudah tertawan orang lain dan sayangnya itu bukan kamu"

===================================================================


~Something worth doesn't count from its price, but memory and effort~


-isn-


Read On 0 komentar

#13 Ai

06.20

Sekian lama tak menggulirkan wacana di blog ini, saya berniat untuk membahas CINTA. Ah, rasanya hampir 50% tulisan yang saya publish adalah cinta ya? Tak masalah, saya tahu anda-anda yang membaca blog ini 80% merupakan kenalan saya dengan daya 'kepo' yang lumayan menyiksa jika didiamkan. Maka dari itu, saya puaskan dahaga pembaca sekalian dengan diary virtual berikut. Selamat mengintip hidupku :)

=======================================================

Aku tak percaya cinta. Aku tak pernah bertemu dengan yang namanya cinta. Bagiku, sekitar hanyalah masalah suka ataupun sekedar tertarik. Bagaimana mungkin bisa mengatakan cinta padahal belum genap 5 menit matamu bertemu rupanya!
Itulah kukatakan aku tak percaya cinta. Bagi kalian yang sibuk gonta-ganti pasangan, yang sibuk menambah koleksi mantan, apa kalian yakin kalian cinta? 

Hampir selalu berujung pada debat jika seseorang berusaha mematik kata 'cinta' dihadapanku. Masih segar, rasanya baru kemarin ketika salah seorang teman menceritakan bahwa ia tengah jatuh cinta. Seperti biasa, perbincangan akan 'ceritaku' harus ditukar dengan 'ceritamu'. Ia bertanya, siapa yang sedang dekat denganku akhir-akhir ini. Yah, kuceritakan saja aku sempat dekat dengan si X. Cukup lama, mungkin 2 bulan. Namun, seminggu tak kukabari kudengar ia punya pacar (I know, don't mention it). Tak masalah, rasanya aku juga tak berniat apapun dengan si X. Hingga akhirnya perbincangan kami (lebih tepatnya interview, karena ada pihak yang kepo dan di kepoin) sampai pada sebuah subjek menarik.

KK=Korban kepo, Aku
TK=Temen kepo

TK: Gimana dengan si Z?
KK: Z? kok bisa sampe Z?
TK: Lha, kamu deket kan dengan dia. Bukannya tempo hari cerita kamu ada sesuatu sama si Z?
KK: Itu mah ilusi. Hanya salah paham. Aku yang salah paham, menurutku sih. Hubungan kami itu tak lebih dari sekedar teman kerja. Selain topik itu nggak ada. Aku paham, pernah coba memberi dan meminta perhatian, tapi nggak digubris. Yasudah, kesimpulannya emang sepertinya nggak mau. Simple. Ya itu tadi, sepertinya aku yang salah paham.
TK: Padahal banyak yang ngira kamu sama dia. Tahu kelasku kan, sukanya ngomongin orang. Mereka pernah tanya ke aku, 'Eh, si Isni dengan Z ya?'. Ya aku bingung tah, kok bisa sampe orang luar yang ibaratnya nggak sering liat kamu tuh bisa pahamnya gitu. Jadi kujawab aja nggak tahu. Senior mu juga pernah tanya, 'Isni lagi deket sama anak xxxx ya?' kujawab nggak.
KK: Hahahaha, nggak ada apa-apa kok, suer.
TK: Tapi orang lain liatnya beda is. Kamu juga sering nge-joke dengan dia, orang liatnya pasti ada apa-apa.
KK: Hahahahaha (cuma ketawa)

Pernah juga, di lain kesempatan dan masih pada topik yang sama aku berbincang dengannya..

TK: Gimana anak **** (nama universitas)? si X?
KK: Ya nggak gimana-gimana.
TK: Anaknya yang mana sih?
KK: ... (nyodorin hape dengan foto X)
TK: Walah, bagusan Z lah. Dengan Z aja.
KK: Iyalah, jauh. Si Z, menjamin, diajak kritis oke, masa depan oke (nyebutin sambil mikir). Tapi ya itu, kan nggak ada apa-apa dan nggak akan pernah ada apa-apa.

Statement yang kulontarkan semalaman menjadi bahan renunganku. Cuma satu yang jadi pertanyaan, setelah dipikir-pikir si Z nggak lebih baik dari X. Lantas, kenapa aku mengelu-elukan Z? dengan segala kelebihan Z, jika kupikir lebih dalam...X punya berbagai hal lebih! lebih!
Sekian lama merenung, kutemukan jawabnya, NYAMAN. Satu kata sederhana, nyaman. Nyaman yang berarti jangankan satu jam, sepuluh jam-pun bersampingan tanpa kata dengannya aku bisa betah. Suatu keadaan dimana aku nggak perlu kabur/lari jikalau bertemu (I'm a real shy girl). Tapi ya itu, mau seribu tahun juga nama latin padi tetep oryza sativa.
 Tak ada yang berubah, karena memang dari awal tak ada keadaan untuk diubah. 'Aku' dan 'dia', tak ada dan tak pernah berakhir 'kita'.

========================================================

Cukup mengesankan bagaimana selama setahun aku mengoyak hati demi hati yang mencoba bersinggah. Mengesankan bagaimana aku mulanya tertarik dan berakhir membuang. Mengesankan bila berani kuhitung berapa banyak mereka-mereka yang menjajakan hatinya selalu berakhir sad ending. Dan bukannnya berbangga telah menaklukkan mereka, malah kaku kurasa. Saraf-sarafku yang percaya cinta dan kasih sayang itu ada pada tiap makhluk hidup mulai mengendur. Lucu, melihat kalian memohon-mohon hatiku dan berkata cinta padaku. Lucu karena aku tak percaya! Terlalu sering ku mendengarnya sarafku jadi luntur! Demikianlah makin mengesankan, ternyata aku makin tak percaya cinta. 

Cukup mengesankan bagaimana hampir setahun aku bekerja dengannya dan aku tak merasakan apa-pun. Tapi tiba-tiba, tanpa diundang bayangnya mulai menghantui. Witing Tresno Jalaran Soko Kulino. Bermula dari joke-joke kecil dan biasa, dari kata-kata manis tanpa maksud apapun selain hiburan. Aku kena getahnya. Hati-hati pada lidahmu, lebih dari relevan buatku.



-isn-



Read On 0 komentar

Playlist

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
Nurul Isni Sirbiyani
Palembang-Yogyakarta, Indonesia
Not so impportant. I'm ok wif myself, so don't bother urself with me n mine
Lihat profil lengkapku