"Individu mana yang tak pernah mengalami jenuh, tertekan atau bahkan hingga depresi ringan? Sudah tentu tiap manusia di dunia mengalami gejala demikian. Tak peduli kaya raya, pemuka agama, seorang bahagia yang ceria apalagi mereka yang menyudut, melakukan segala hal sendiri..."
Kututup enggan majalah terbitan kemarin itu. Artikelnya mengrogoti kepasrahanku. Aku benci majalah wanita. Ya, aku benci. Karena mereka selalu benar, selalu paham, melebihi pemahamanku pada diriku sendiri. Mungkin suatu saat ketika aku cukup gila, aku akan memacari majalah. Pasalnya mereka lebih peka dari pada pria...hehe
Hampir dua minggu sudah kujalani hari dengan mencoba menjadi 'mahasiswa biasa'. Kuliah-pulang-tugas jadi hal baru beberapa hari ini. Rasanya kosong. Tidak, bukan kosong karena kuliah-pulang. Lebih pada perasaan 'ada yang hilang' dan aku coba mengabaikannya dengan kuliah-pulang. Ingin kusadari apa yang hilang, namun sisi lain ku bersikeras untuk tak melakukannya. Takut sadar, lalu kecewa. Sebenarnya aku tahu apa yang hilang..ah tidak! aku tak mau tahu! Sudahlah!
Ah, jangan mengira menye-an ku ini soal pria-pria diluar sana. Tidak, sama sekali tidak. Aku sedang tak tertarik pada siapapun. Eh, bukan..tertarik mungkin ada. Maksudku aku tak sedang berminat menjalin apapun, termasuk 'relasi php' dengan pria manapun. Termasuk kamu, ya KAMU.. (bercanda, jangan diambil hati).
Aku ingin bercerita. Bercerita soal kepala. Ya, kepala. Kepalaku rasanya berat, mungkin terlalu banyak tidur. Wajar sih, karena akhir-akhir ini kuhabiskan waktuku di ranjang. Kebiasaan yang bisa dibilang buruk. Kebiasaan yang mengingatkanku pada nyonya. Nyonya paham betul dengan tingkahku, tertidur pulas di kamar tak peduli pagi-siang-sore-malam. Nyonya paham betul bahwa jika ini terjadi, artinya aku sedang bergelut dengan masalah. Gampang nya, tertekan. Menurut artikel di majalah tadi sih demikian..
Dampak berikutnya dari kebiasaanku ini adalah imbasnya pada organ dalam. Maag, lambung ku yang bermasalah sejak SMP pasti mulai ikut ambek-ambekan. Alhasil, keluhan pedih, sakit, atau apalah itu sebangsanya...pasti kurasa. Kalau sudah begini, nyonya bakal marah dan uring-uringan..hehehe
Omong-omong tertekan aku jadi ingat bahwa betapa menyebalkannya ketika hampir tiap orang berkata "Kamu bisa stres?". Aih, itu menusuk. Bisa jadi aku terlihat selow, seperti tak ada masalah apapun. Bukan karena aku mati rasa, bukan. Lebih karena pembawaanku yang memang datar. Ntah bahagia ntah sedih, aku tak pernah terlalu terbawa perasaan. Hmm, tapi bisa jadi memang sudah mati rasa. Ntahlah...
Yang jelas aku tak terlalu suka mempertontonkan emosi berlebih pada orang lain. Ketika ku senang, ya aku senang tapi cuma sekedar senang. Jika aku sedih, ya sedih tapi biasa saja. Tak ada yang berlebih, prinsipku "emosi harus ditakar". Emosi bisa jadi keuntungan bagi orang lain. Begitulah intinya...aku rada malas menjelaskannya.
Di waktu senggangku, aku terbiasa diam. Diam menikmati segala macam hal yang bersliweran di otakku. Banyak yang membebaniku, itulah aku tak suka menggunakan emosi, perasaan dan ekspresi. Aku bisa gila dengan segala pemikiran dan kecemasan yang selalu ada saja di kepala ini. Im a "worrying too much" person, but I chose not to show it...
Oh iya, hampir ku lupa. Beberapa jam lalu adik tingkatku kemari, bilang nya ingin menjenguk dan bertanya kenapa aku jarang terlihat di kampus. Realitanya mereka mengecek pendanaan yang kuurus ke sponsor kemarin sekaligus meminta tanda tangan proposal kegiatan. Aku benci basa-basi organisasi. Bertanya seakan peduli tapi tak peduli. Bukankah cepat rampung jika mereka langsung saja meminta tanda tanganku, tanpa perlu basa-basi? toh aku juga tak ambil pusnig jika mereka tak menanyakan keadaanku.
Atau mungkin nanti bisa ku hadiahi mereka dengan majalah-majalah yang kupunya?
Begitulah manusia...
Jika tak butuh tak akan bermanis muka
Jika tak berharga ya dibuang opsinya
Aku jadi berpikir..
Jika aku bukan diriku sekarang, masihkah kau rela menoleh padaku?
Jika aku bukan dengan segala kelebihanku, masihkah kau menyapaku?
Jika aku tidak memiliki apa-pun, apakah kau mau mempertahankanku saat aku memilih pergi?
============================================================
Satu lagi!
Sebenarnya, aku sedang mencari rumah. Rumah yang setahun ini kutempati atapnya bocor. Aku tak betah, rembesnya membuatku dingin. Tak seperti rumah yang ku kenal dulu ketika tak bocor, ketika tak hujan. Aku butuh atap lain...
Sincerely Yours Fictionable Character,
KRN
Posting Komentar