#4 Dirimu Masalahmu

08.23




Hampir setiap pemimpin yang diberi pertanyaan “Apa hambatan menjadi seorang pemimpin?” akan menjawab kepercayaan orang lain, dukungan dari lingkungan dan segala macam tetek bengek lainnya. Ya, memang mainstream. Mari kita review sejenak, apa itu pemimpin? Apakah hanya sebatas orang yang berpengaruh? Atau seseorang yang dapat menjadi teladan?. Tidaklah perlu diperdebatkan lebih jauh apa itu pemimpin. Karena yakinlah setiap insan punya sudut pandang yang berbeda dalam menilai esensi dan nilai suatu hal.

“Pemimpin visioner” selamat bagi kita yang telah sering mendengar kata ini. karena dua kata diatas saya yakin hanya segelintir orang-orang saja yang tau. Dan kitalah salah duanya, salah dua dari sekian orang yang akan membenahi Bangsa ini. Mengapa? Mari kita bahas sejenak apa itu kepemimpinan visoner. 

“Kepemimpinan visioner merupakan sebuah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas”
(Diana Kartanegara, 2003)

Secara gamblang sebut saja bahwa kepemimpinan visioner merupakan sebuah pola kepemimpinan yang syarat akan ketegasan tujuan dari sebuah organisasi. Indonesia dapat berkembang secara cepat jika pemimpin-pemimpinnya bertipe seperti ini.

Untuk menjadi seorang pemimpin visioner kita harus mempunyai 10 karakter mutklak, yaitu ;
·         Visualizing, 
·         Futuristic thinker,
·         Showing foresight,
·         Proactive Planner,
·         Creative thingker,
·         Taking Risks,
·         Process alignment,
·         Coalition building,
·         Continuous Learner, dan
·         Embracing Change.

Seorang pemimpin visioner-pun dituntut untuk dapat mengintepretasikan kesepuluh karakter tersebut dalam empat peran, yaitu;
·         direction setter,
·         agent of change,
·         spokesperson,  dan
·         coach.

Percayakah bahwa kesepuluh karakter dan keempat yang menghalangi sesorang untuk menjadi pemimpin visioner? Jika tidak, mari kita bahas lebih rinci.

Pertama, seorang pemimpin seringnya terlalu terlena dengan hasil wah yang telah didapatkannya. Hal ini berdampak pada blurnya orientasi masa depan yang telah direncanakannya. Dan saat-saat seperti inilah yang dianggap sebagai zona nyaman. Tak sampai disitu, jikalau-pun visi masa depan sudah dipastikan seterang lampu neon, seringkali kita lupa faktor “X”! dimana faktor X ini berkaitan dengan bagaimana jika tidak sejalan sesuai keinginan. Kita harus punya plan Z, kenapa Z? Karena kemungkinan di hidup ini tak hanya sebatas pada A dan B saja.

Kedua, tanpa disadari kita dididik untuk menutupi kekurangan, melewati rintangan dan berpikir pada box 3x3 saja. Jelas sekali ini menjadi ranjau aktif yang kapanpun dapat meledak dan menghancurkan jalan menuju visionary leader.
Semua ini berkaitan dengan bagaimana cara kita menjadikan kekurangan sebagai kekuatan, rintangan sebagai pijakan, dan yang paling penting, be creative!  Janganlah terpaut box 3x3, tapi terpautlah pada box 4x4 (kalau begitu sama saja). Bukan itu maksud saya, tapi coba terapkan think out of the box, A tidak harus di depan B kan?

Tak sampai pada dua paragraf itu saja. Takut mengambil resiko, sulitnya membangun relasi keluar, terlena pada apa yang telah dicapai, dan takut menghadapi perubahan, inilah PR lanjutan yang perlu kita tuntaskan.
“If we attack, we may gain much, but we could also lose everything. If we do nothing, we’ll gain nothing as well”, seorang komandan perang yang sudah makan garam pun tahu akan hal ini. It’s all about “No pain no gain”, right?. Stop berada di zona nyaman!. Hidup itu perubahan, takut berubah? Berarti takut hidup.

Itulah sepuluh hambatan yang saya maksud. Selesai? Tenang, saya masih punya empat hambatan tambahan. Ini berkaitan dengan peran, silakan disimak;


  • Pemimpin itu penentu arah. Mau dibawa kemana organisasi ini?. Kalau pemimpinnya saja tak tahu mau belok kanan atau kiri, semua tersesat bung!
  • Pemimpin itu agen perubahan. Pilih saja, mengarus tapi tak terbawa arus atau terbawa arus yang megarus? Jangan jadi nomor dua, karena kita pemimpin, kita yang memimpin perubahan. Jadilah trendset!
  •  Pemimpin itu juru bicara. Ini soal bagaimana dan apa yang disampaikan, sekali lagi public speaking jadi penentu utama.
  • Pemimpin adalah pelatih dengan tanggung jawab mengoptimalkan sumber daya yang ada, dan mensinergiskan pemain dengan tujuan “pencapaian kemenangan”.

Lalu, persembahan terakhir saya. Sadarkah bahwa saya tak menggunakan kata “anda” untuk menjabarkan? Tapi “kita”, kenapa? Karena kita lah pemimpin masa depan. Ingatlah kalau pemimpin itu dapat diciptakan, ia tidak lahir serta merta langsung menjadi pemimpin. Semua hambatan yang telah kita jabarkan secara panjang kali lebar tadi sesungguhnya berasal dari diri sendiri bukan? Ini masalah bagaimana kita dapat mengevaluasi, membenahi, dan mempersiapkan diri kita sendiri untuk membongkar semua hambatan itu. Stop membentengi diri kita sendiri dengan pemikiran negatif, stop mengkambinghitamkan orang dan hal lain. Masalah itu bukan datang dari mereka! Tapi dari diri kita sendiri. Ini semua tentang “apakah kita bersedia?” bukan begitu?


referensi: berbagai macam blog dan web
-isn-
Read On 0 komentar

#3 Amor

07.42


Have you ever thought to play a mess with someone? someone that you got your eyes into?

"You like to play? Okay, lets play. But don't blame me if I toying with you"


Bermainlah ketika ombak datang di bibir pantai, ombak yang jinak.Ya..ombak memang menyenangkan, tapi tidak semenyenangkan ketika kau terseret ke dalamnya. Mungkin kau akan menyesal setelahnya atau mungkin juga tidak..

Tuluslah dalam melakukan segala hal, jika kau memang tak ingin untuk tulus..maka tinggalkan. Jangan sentuh hidup seseorang jika kau tak mau terlibat di dalamnya. Berhati-hatilah, satu kalimat ringkas mu dapat mengubah hidup orang lain.

Sadarilah jika kau mempermainkan sebuah hati, maka bersiaplah untuk dipermainkan hatimu sendiri. Kau tahu? hati tak selamanya berkata jujur. Hati dapat dikendalikan oleh otak.
Dan saat hati yang kau permainkan telah cukup sadar, terluka, ataupun lelah padamu, mungkin saat itu kau akan membiarkannya pergi...setidaknya sampai hati mengambil alih otakmu.
Jadi, janganlah kau sesali jika kelak hatimu bisa bebas dari belenggu otakmu dan berkata "kenapa aku mempermainkannya jika aku tak mau kehilangannya.."
Jika mainan mu cukup pintar untuk menggunakan otaknya seperti apa yang kau lakukan, jangan berharap ia akan kembali pulang kepadamu layaknya piaraan yang mencari majikan. Tak peduli seberapa addict dia terhadapmu, kalau sudah terluka...ia tak akan kembali.

"Sometimes you don't realize what you have and how precious it is, 'til you lose it"



nb: sorry for the bad grammar
-isn-


Read On 0 komentar

#2 Unek-unek

07.36



Inilah akibatnya jika pelajaran budi pekerti mulai dikesampingkan..

Gambar diatas saya temukan di salah satu jejaring sosial, cukup menarik dan cukup menggugah saya untuk corat-coret paper sembari yah...berpikir. Mungkin ini sedikit yang saya pikirkan..

Pilih budi pekerti atau pendidikan kewarganegaraan?
Pilih pendidikan kewarganegaraan atau matematika?

Kenapa repot-repot belajar semua itu?
Toh, perkara nyolong sendal itu hukumannya lebih mudah ditentukan dibanding perkara nyolong duit rakyat. Tak perlu lah pasal-pasal itu dipelajari kalo tidak sreg di pakai. Sapa tahu kan memori otaknya bisa dipakai buat yang lain, misalnya buat hapalin rumus-rumusnya bapak Khawarizmi atau bapak Pythagoras mungkin? Sukur-sukur setelah berguru dengan bapak-bapak keren ini, pidana nyolong sendal dan pidana nyolong duit rakyat nggak ketuker lagi.
Kenyataan emang nggak seindah realita. Yang terkadang bikin bingung itu, mbok gado-gado sering bilang gini ke pelanggannya.
 
"Jadinya lima ribu ya nduk, uang-nya sepuluh ribu, jadi kembalinya lima ribu nggih"  

Ternyata mbok-mbok yang notabene pendidikan akhirnya bangku SD-pun masih bisa ngitung dan hidup dengan "benar". Tapi kalau yang ditanya bapak-bapak yang suka kunjungan ke LN beda lagi celotehannya.


"Seratus bagi dua, lu tiga puluh gua tujuh puluh"  

Belajar sampai ke Negeri Cina-pun hasilnya tidak memuaskan ya..


Jadi, pilih mana? budi pekerti? kewarganegaraan? matematika?
Kalau saya main game aja deh, reaksi yang keluar sesuai dengan aksi nya...

-isn-


Read On 0 komentar

#1

02.09
Awalnya aku tak suka...

Saat ku goreskan tinta, namamu yang menghitamkan kertas
Saat ku pandang lekat langit, memoirmu yang mengangkasa
Saat ku bermimpi, rupamu yang merekah disana
Saat hujan, rintik kudengar mengalunkan suaramu...

Aku...
Aku tak suka saat tinta-tinta itu membawamu dalam perkaraku
Aku tak suka saat awan-awan itu menggumpalkan rasaku
Aku tak suka saat mimpi-mimpi itu mencekik jantungku
Aku tak suka saat rintik-rintik itu menarik sungai deras mengairi celah diriku

Kau yang otoriter, kau gariskan tiap titik
Kau yang otoriter, kau hubungan tiap garis

Kau...
Dengarkan nafasku ini...
Nafas terengah yang kau kekang benang merah


-isn-
Read On 0 komentar

Playlist

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
Nurul Isni Sirbiyani
Palembang-Yogyakarta, Indonesia
Not so impportant. I'm ok wif myself, so don't bother urself with me n mine
Lihat profil lengkapku