Inilah
akibatnya jika pelajaran budi pekerti mulai dikesampingkan..
Gambar diatas saya temukan di salah satu jejaring sosial, cukup menarik dan cukup menggugah saya untuk corat-coret paper sembari yah...berpikir. Mungkin ini sedikit yang saya pikirkan..
Pilih budi pekerti atau pendidikan kewarganegaraan?
Pilih pendidikan kewarganegaraan
atau matematika?
Kenapa repot-repot belajar semua
itu?
Toh, perkara nyolong sendal itu
hukumannya lebih mudah ditentukan dibanding perkara nyolong duit rakyat. Tak
perlu lah pasal-pasal itu dipelajari kalo tidak sreg di pakai. Sapa tahu kan
memori otaknya bisa dipakai buat yang lain, misalnya buat hapalin
rumus-rumusnya bapak Khawarizmi atau bapak Pythagoras mungkin? Sukur-sukur
setelah berguru dengan bapak-bapak keren ini, pidana nyolong sendal dan pidana
nyolong duit rakyat nggak ketuker lagi.
Kenyataan emang nggak seindah
realita. Yang terkadang bikin bingung itu, mbok gado-gado sering bilang gini ke pelanggannya.
"Jadinya lima ribu ya nduk, uang-nya sepuluh ribu,
jadi kembalinya lima ribu nggih"
Ternyata mbok-mbok yang notabene pendidikan akhirnya bangku SD-pun masih bisa ngitung dan hidup dengan "benar". Tapi kalau yang ditanya bapak-bapak yang suka kunjungan ke LN beda lagi celotehannya.
"Seratus bagi
dua, lu tiga puluh gua tujuh puluh"
Belajar sampai ke Negeri Cina-pun hasilnya tidak memuaskan ya..
Jadi, pilih mana? budi pekerti? kewarganegaraan? matematika?
Kalau saya main game aja deh, reaksi yang keluar sesuai dengan aksi nya...
-isn-
Posting Komentar