Hampir setiap pemimpin yang diberi pertanyaan “Apa hambatan menjadi seorang pemimpin?” akan menjawab kepercayaan orang lain, dukungan dari lingkungan dan segala macam tetek bengek lainnya. Ya, memang mainstream. Mari kita review sejenak, apa itu pemimpin? Apakah hanya sebatas orang yang berpengaruh? Atau seseorang yang dapat menjadi teladan?. Tidaklah perlu diperdebatkan lebih jauh apa itu pemimpin. Karena yakinlah setiap insan punya sudut pandang yang berbeda dalam menilai esensi dan nilai suatu hal.
“Pemimpin visioner” selamat bagi kita yang telah sering mendengar kata ini. karena dua kata diatas saya yakin hanya segelintir orang-orang saja yang tau. Dan kitalah salah duanya, salah dua dari sekian orang yang akan membenahi Bangsa ini. Mengapa? Mari kita bahas sejenak apa itu kepemimpinan visoner.
“Kepemimpinan visioner merupakan sebuah pola kepemimpinan yang
ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan
bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna
pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas”
(Diana Kartanegara, 2003)
Secara gamblang sebut saja bahwa kepemimpinan visioner merupakan sebuah pola kepemimpinan yang syarat akan ketegasan tujuan dari sebuah organisasi. Indonesia dapat berkembang secara cepat jika pemimpin-pemimpinnya bertipe seperti ini.
Untuk menjadi seorang pemimpin visioner kita harus
mempunyai 10 karakter mutklak, yaitu ;
·
Visualizing,
·
Futuristic thinker,
·
Showing foresight,
·
Proactive Planner,
·
Creative thingker,
·
Taking Risks,
·
Process alignment,
·
Coalition building,
·
Continuous Learner, dan
·
Embracing Change.
Seorang
pemimpin visioner-pun dituntut untuk dapat mengintepretasikan kesepuluh
karakter tersebut dalam empat peran, yaitu;
·
direction setter,
·
agent of change,
·
spokesperson, dan
·
coach.
Percayakah
bahwa kesepuluh karakter dan keempat yang menghalangi sesorang untuk menjadi
pemimpin visioner? Jika tidak, mari kita bahas lebih rinci.
Pertama,
seorang pemimpin seringnya terlalu terlena dengan hasil wah yang telah
didapatkannya. Hal ini berdampak pada blurnya orientasi masa depan yang telah
direncanakannya. Dan saat-saat seperti inilah yang dianggap sebagai zona nyaman. Tak sampai disitu,
jikalau-pun visi masa depan sudah dipastikan seterang lampu neon, seringkali
kita lupa faktor “X”! dimana faktor X ini berkaitan dengan bagaimana jika tidak
sejalan sesuai keinginan. Kita harus punya plan Z, kenapa Z? Karena kemungkinan
di hidup ini tak hanya sebatas pada A dan B saja.
Kedua, tanpa
disadari kita dididik untuk menutupi kekurangan, melewati rintangan dan
berpikir pada box 3x3 saja. Jelas
sekali ini menjadi ranjau aktif yang kapanpun dapat meledak dan menghancurkan jalan
menuju visionary leader.
Semua ini
berkaitan dengan bagaimana cara kita menjadikan kekurangan sebagai kekuatan, rintangan
sebagai pijakan, dan yang paling penting, be
creative! Janganlah terpaut box 3x3, tapi terpautlah pada box 4x4 (kalau begitu sama saja). Bukan
itu maksud saya, tapi coba terapkan think
out of the box, A tidak harus di depan B kan?
Tak sampai pada
dua paragraf itu saja. Takut mengambil resiko, sulitnya membangun relasi
keluar, terlena pada apa yang telah dicapai, dan takut menghadapi perubahan, inilah
PR lanjutan yang perlu kita tuntaskan.
“If we attack, we may gain much, but we could also lose everything. If we
do nothing, we’ll gain nothing as well”, seorang
komandan perang yang sudah makan garam pun tahu akan hal ini. It’s all about “No pain no gain”, right?.
Stop berada di zona nyaman!. Hidup
itu perubahan, takut berubah? Berarti takut hidup.
Itulah sepuluh
hambatan yang saya maksud. Selesai? Tenang, saya masih punya empat hambatan
tambahan. Ini berkaitan dengan peran, silakan disimak;
- Pemimpin itu penentu arah. Mau dibawa kemana organisasi ini?. Kalau pemimpinnya saja tak tahu mau belok kanan atau kiri, semua tersesat bung!
- Pemimpin itu agen perubahan. Pilih saja, mengarus tapi tak terbawa arus atau terbawa arus yang megarus? Jangan jadi nomor dua, karena kita pemimpin, kita yang memimpin perubahan. Jadilah trendset!
- Pemimpin itu juru bicara. Ini soal bagaimana dan apa yang disampaikan, sekali lagi public speaking jadi penentu utama.
- Pemimpin adalah pelatih dengan tanggung jawab mengoptimalkan sumber daya yang ada, dan mensinergiskan pemain dengan tujuan “pencapaian kemenangan”.
Lalu, persembahan terakhir saya. Sadarkah
bahwa saya tak menggunakan kata “anda” untuk menjabarkan? Tapi “kita”, kenapa?
Karena kita lah pemimpin masa depan. Ingatlah kalau pemimpin itu dapat
diciptakan, ia tidak lahir serta merta langsung menjadi pemimpin. Semua
hambatan yang telah kita jabarkan secara panjang kali lebar tadi sesungguhnya
berasal dari diri sendiri bukan? Ini masalah bagaimana kita dapat mengevaluasi,
membenahi, dan mempersiapkan diri kita sendiri untuk membongkar semua hambatan
itu. Stop membentengi diri kita
sendiri dengan pemikiran negatif, stop
mengkambinghitamkan orang dan hal lain. Masalah itu bukan datang dari mereka!
Tapi dari diri kita sendiri. Ini semua tentang “apakah kita bersedia?” bukan
begitu?
referensi: berbagai macam blog dan web
-isn-
Posting Komentar